Tukang Besi di Bengkel Kereta Api
Dewan Sastera, Ogos 1984
tak sempat menatap mata ayah
menggengam hidup warisan alam
menukul besi
menggelek tayar kereta api
wajah merah memain persikan bunga api
ia mengetuk bersama siul kenari dunia baru
menggiling percaturan nafas tanpa mengenal jalur kesal
demi upah semangkuk sup pada awal bulan.
Dia lelaki tiga zaman
telah dilengkungnya fajar kelabu
telah disilangnya keringat siang
dialah lelaki penakluk malam
menyentik hujan
silih berganti
jari kematunya masih mengetuk jeriji
seperti juga setia dia
menghitung malam
di bengkel tua istirahat seminit berbantal besi-besi
dituangnya kopi sisa semalam
masih jua ia bertasbih
senyum mengenangi Dia.
Sebatilah alam yang dihirup
darah keringat
demi anak-anak
bisakah satu ketika
putera sulung mengubah haluan?
Tukang besi di bengkel kereta api
dialah ayahku
dialah pamanku
itulah adik-adiku.
Tapi kalau kalian anak-anakku
kini, harus terdidik dari akademi tukang
yang tak lagi menjadi yang tak lagi kuda tunggangan
- Ini lah sajak yg akan aku analisis tuk subjek nie..sajak nie yg memperkenalkan aku dalam dunia sastera..aku gat lagi...zaman aku form 6 dulu..cikgu Ramli (guru yg paling aku Sayang) dia suru baca sajak setiap orang dalam kelas..so aku dapat sajak nie..aku xpernah pun sebelum baca sajak ke puisi ke..tapi pagi tu..aku betul2 menghayati sajak nie..n lepas je aku baca sajak nie..cikgu Ramli beri tepukan yg gemuruh sekali..semangat aku dengar tepukan dari die..
- Cikgu Ramli lah yang mengajar aku tentang kehidupan..die selalu cakap kat aku kehidupan adalah sesuatu yang abstrak..n kehidupan bukan seindah yang kita sangkakan...betul cakap cikgu..aku sedang melalui kehidupan n akan lalui nya sehingga aku menutup mata...
- Cikgu..thanks..semoga berkat doa yg cikgu beri aku dapat bertahan sebagai insan yng bergelar manusia..
No comments:
Post a Comment